Rabu, 05 September 2012

mantan atlet nasional Tommy Firman, melarat diujung usia

mantan atlet nasional Tommy Firman boleh dikatan melarat diujung usia.Berbeda dengan masa depan mantan atlet nasional di sejumlah negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Filipina, atau Thailand, Indonesia memang terbilang yang paling miris.
Hal ini disadari betul oleh sejumlah kalangan, termasuk mantan atlet sendiri yang kebetulan berbeda nasib dan kini punya jabatan serta penghasilan berlebihan dibanding yang lain.
Sebut saja Tommy Firman. Mantan karateka nasional itu kini bisa hidup mapan sebagai pengusaha. Dia begitu prihatin dengan nasib sejumlah atlet yang masih hidup merana.
Bahkan, untuk merayakan Lebaran pun beberapa atlet harus bekerja untuk mengais rezeki. Bertepatan dengan Idul Fitri, pekan lalu, sekaligus untuk merayakan momen Hari Olahraga Nasional (Haornas) yang jatuh pada Jumat (9/9) ini, Tommy bersama Yayasan Olahragawan Indonesia (YOI) menunjukkan kepedulian dengan memberikan santunan.
Santunan diberikan kepada Wempi Wungau dari cabang binaraga dan Hasan Lobubun mantan petinju nasional. Wempi adalah tenaga keamanan dadakan ketika ada orang yang memerlukannya. Begitu juga dengan Hasan Lobubun yang sehari-hari bekerja sebagai pemulung.
Wempi bekerja menjaga rumah orang yang mudik dan Hasan mengais rezeki sebagai pemulung di saat Idul Fitri lalu. Padahal, dulu ketika masih berjaya sebagai atlet, mereka dielu-elukan. Wempi adalah peraih medali perak Asian Games Busan, Korea Selatan dari cabang binaraga.
“Ketika saya meraih medali perak di Busan, sekitar 11 tahun lalu, saya begitu bangga dan punya impian tinggi. Sayang, itu tidak terwujud. Beruntung, YOI masih punya perhatian,” kata Wempi.
Selain Wempi dan Hasan, banyak mantan atlet yang hidup di bawah garis kemiskinan.
Tommy yang juga Sekjen Masyarakat Olahraga Indonesia (MOI) mengimbau YOI bisa menjadikan bapak angkat bagi mantan atlet yang ada di bawah garis kemiskinan. Dengan begitu, bapak angkat pada mantan atlet ada bukan ketika atlet berjaya saja, namun di masa pensiun juga mendapat perhatian serius.
Ia bersyukur, Yayasan Olahragawan Indonesia yang peduli terhadap kehidupan mantan atlet yang ada di bawah garis kemiskinan mulai diwujudkan. Tommy juga berharap bantuan yang diberikan kepada mantan atlet itu tidak hanya dalam bentuk materi.
“Usahakan pada sektor yang memberikan pendidikan, seperti halnya sektor usaha maupun asuransi pendidikan bagi putra-putrinya. Dengan begitu, kehidupan mantan atlet mendapat perhatian serius dari pihak swasta, meski dari pemerintah belum muncul ke permukaan,” katanya.
Contoh Negara Lain
Tommy yang meraih dua medali emas di cabang karate SEA Games XIX Jakarta 1997 ini mengambil contoh negara lain yang menghargai mantan atlet yang telah berjasa untuk bangsa dan negara.
Sebut saja pemerintah Malaysia, Thailand, dan China. Mereka sangat perhatian terhadap atlet yang berhasil menyumbang medali emas bagi negaranya. Kelangsungan hidup serta anak istrinya ditanggung pemerintah.
Apalagi mantan atlet yang pernah mengukir medali emas di kejuaraan dunia maupun Olimpiade. Perhatian pemerintah Malaysia hendaknya dicontoh Indonesia, jika hendak pembibitan dan pembinaan atlet mengalami peningkatan.
Saat ini pembibitan dan pembinaan atlet nasional semakin merosot. Bahkan, saat menerjunkan atletnya di berbagai ajang internasional masih mengandalkan atlet yang sudah uzur. Kondisi seperti itu bisa berubah, dengan catatan ada perhatian pemerintah terhadap kehidupan mantan atlet.
Bila perhatian itu muncul dan berjalan seperti Malaysia, para orang tua tidak keberatan putra-putrinya menekuni profesi sebagai atlet nasional, hingga mencapai prestasi puncak baik di kejuaraan dunia maupun Olimpiade.
“Kita akan merayakan Haornas. Seharusnya pemerintah sudah punya program khusus dengan para mantan atlet ini. Mereka tentu tak berharap dimanjakan dengan fulus, tapi diberi pekerjaan yang layak saja sudah lebih dari luar biasa,” ujar Tommy.
Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng ikut berterima kasih kepada YOI yang punya perhatian lebih terhadap mantan atlet dengan santunan-santunan yang kerap diberikan. “Kami senang dengan perhatian seperti ini,” kata Andi, Kamis (8/9).
“Kementerian juga akan memberikan bantuan berupa rumah senilai Rp 125 juta kepada 75 atlet yang belum memiliki rumah dan bantuan senilai Rp 30 juta kepada 65 mantan atlet sebagai tunjangan hari tua. Semoga ini dapat memicu para atlet muda agar lebih serius berprestasi,” ujarnya.
Saatnya pemerintah memerhatikan nasib para penyumbang medali di bidang olahraga ini. Jangan seperti ibarat pepatah habis manis sepah dibuang!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar